RINGKASAN MATERI MANUSIA DAN PENDERITAAN
LATAR BELAKANG
Penderitaan
merupakan realitas dunia dan manusia. Peranan individu juga menentukan
berat-tidaknya Intensitas penderitaan. Suatu peristiwa yang dianggap
penderitaan oleh seseorang, belum tentu merupakan penderitaan bagi orang lain.
Karena
penderitaan yang banyak jenisnya. Ada yang mendapat hikmah yang besar dari
suatu penderitaan, ada pula yang menyebabkan kehancuran dalam hidupnya. Oleh
karena itu, penderitaan belum tentu tidak bermanfaat. Penderitaan juga dapat
‘menular’ dari seseorang kepada orang lain.
Semua
orang pasti pernah mengalami sebuah penderitaan, entah itu penderitaan fisik,
penderitaan batin, penderitaan materi atau apapun itu, tetapi sikap setiap
orang untuk menghadapi sebuah penderitaan berbeda-beda. Ada yang bersikap
pasrah dan tidak menerima keadaan itu tetapi ada juga yang bersikap menerima
dan berusaha untuk memperbaiki keadaan yang ada agar penderitaan itu berakhir.
Sikap itu lah yang membedakan taraf kesabaran manusia.
Ada
satu hal yang menjadi pintu gerbang yang menjadi penentu keberhasilan
seseorang. Hal yang dimaksud adalah mental. Setiap jiwa manusia memiliki mental
dan mental itulah yang membuat bergeraknya perbuatan manusia. Kualitas
seseorang akan semakin berkualitas apabila orang tersebut memiliki mental yang
baik tetapi akan terjadi sebaliknya jika seseorang tidak memiliki mental yang
baik maka orang tersebut akan mengalami sebuah jalan hidup yang tidak
menyenangkan bahkan dapat memancing sebuah penderitaan. Hal yang paling
berbahaya adalah apabila kita sudah mengalami kekalahan mental. Kekalahan
mental dapat terjadi apabila kita tidak mampu menerima suatu keadaan yang
sedang terjadi didalam diri kita. Kekalahan mental yang terjadi didalam diri
seseorang maka orang tersebut tidak akan dapat menyelesaikan seluruh masalah
yang sedang dihadapinya dan orang tersebut dapat menjadi menderita dengan
hidupnya. Oleh sebab itulah mental sangat berperan penting dalam kehidupan
seseorang.
A. Definisi Penderitaan
Penderitaan
berasal dari kata derita. Kata derita berasal dari bahasa sansekerta yaitu dhra
artinya menahan atau menanggung. Derita artinya menanggung atau merasakan
sesuatu yang tidak menyenangkan. Berbagai kasus penderitaan terdapat dalam
kehidupan. Banyaknya macam kasus penderitaan sesuai dengan liku-liku kehidupan
manusia. Bagaimana manusia menghadapi penderitaan dalam hidupnya ? penderitaan
fisik yagn dialami manusia tentulah diatasi dengan cara medis untuk mengurangi
atau menyembuhkannya, sedangkan penderitan psikis,penyembuhannya terletak pada
kemampuan si penderita dalam menyelesaikan soal-soal psikik yang dihadapinya.
Penderitaan
akan dialami oleh semua orang, hal itu sudah merupakan “risiko” hidup. Tuhan
memberikan kesenangan atau kebahagiaan kepada umatnya, tetapi juga memberikan
penderitaan atau kesedihan yang kadang-kadang bennakna agar manusia sadar untuk
tidak memalingkan dariNya. Untuk itu pada umumnya manusia telah diberikan tanda
atau wangsit sebelumnya, hanya saja mampukah manusia menangkap atau tanggap
terhadap peringatan yang diberikanNya? . Tanda atau wangsit demikian dapat
berupa mimpi sebagai pemunculan rasa tidak sadar dari manusia waktu tidur, atau
mengetahui melalui membaca koran tentang terjadinya penderitaan.
Dalam
diri manusia itu ada cipta, rasa dan karsa. Karsa adalah sumber yang menjadi
penggerak segala aktivitas manusia. Cipta adalah realisasi dari adanya karsa
dan rasa. Baik karsa maupun rasa selalu ingin dipuaskan. Karena selalu ingin
dilayani, sedangkan rasa selalu ingin dipenuhi tuntutannya. Baru dalam keduanya
menemukan yang dicarinya atau diharapkan manusia akan merasa senang, merasa
bahagia.
Apabila
karsa dan rasa tidak terpenuhi apa yang dimaksudkan, manusia akan mendatangkan
rasa kurang mengakibatkan munculnya wujud penderitaan, bahkan lebih dari itu,
yaitu rasa takut. Rasa takut itu justru sudah menyelinap dan datang menyerang
kita sebelum bencana atau bahaya itu datang menyerangnya. Kedua rasa itu termasuk
penyakit batin manusia, maka usaha terbaik ialah menyehatkan bathin itu
sendiri, rasa kurang itu muncul dikarenakan adanya anggapan lebih pada pihak
lain.
Faktor
– faktor yang mempengaruhi penderitaan itu adalah faktor internal dan faktor
eksternal. Eksternal datangnya dari luar diri manusia. Factor ini dapat
dibedakan atas dua macam ; yaitu eksternal murni dan tak murni. Eksternal murni
adalah penyebab yang benar – benar berasal dari luar diri manusia yang
bersangkutan. Penderitaan itu tidak bukan merupakan akibat ulah manusia yang
bersangkutan.
B. Sebab-sebab Penderitaan
Penderitaan
manusia dapat diperinci sebagai berikut :
a. Penderitaan yang timbul karena
penyakit, siksaab / azab tuhan
Penderitaan
manusia dapat juga terjadi akibat penyakit atau siksaan / azab tuhan.
Namun kesabaran, tawakal dan optimisme dapat
merupakan usaha manusia untuk mengatasi penderitaan itu.
b.
Penderitaan yang timbul karena perbuatan buruk manusia
Penderitaan
yang menimpa manusia karena perbuatan buruk manusia dapat terjadi
dalam hubungan sesama manusia dan hubungan
manusia dengan alam sekitarnya. Penderitaan ini kadang disebut nasib buruk.
Karena perbuatan buruk antara sesama manusia maka manusia lain menjadi
menderita, misalnya:
•
Pembantu rumah tangga yang diperkosa, disekap dan disiksa oleh majikanya
seharusnya majikan yang biadab itu diganjaran dengan hukuman penjara oleh
pengadilan negri supaya perbuatan itu dapat di perbaiki dan pembantu yang telah
menderita itu bisa dipulihkan
Perbuatan buruk manusia terhadap lingkuangan juga menyebabkan penderitaan
manusia, misalnya :
•
Musibah banjir dan tanah longsor bermula dari penghunian liar di hutan lindung,
kemudian pohon-pohot dibabat menjadi tandus dan gundul oleh manusia penghuni
liar itu. Akibatnya beberapa jiwa jadi korban banjir, ratusan rumah hancur
C. Penderitaan, Media Massa, dan
Seniman
Beberapa
sebab lain yang menimbulkan penderitaan manusia ialah kecelakaan, bencana alam,
bencana perang. dan lain-lain. Contohnya ialah tenggelamnya kapal Tampomas Dua
di perairan Masalembo, jatuhnya pesawat hercules yang mengangkut para perwira
muda di Condet, Meletusnya gunung galunggung,perang Irak-Iran.
Berita
mengenai penderitaan manusia silih berganti mengisi lembaran koran, layar TV,
pesawat radio, dengan maksud supaya semua orang yang menyaksikan ikut merasakan
dari jauh penderitaan manusia. Dengan demikiaan dapat menggugah hati manusia
untuk berbuat sesuatu. Nyatanya tidak sedikit bantuan dari para dermawan dan
sukarelawan berupa material atau tenaga untuk meringankan penderitaan dan
penyelamatan mereka dari musibah ini. Bantuan-bantuan ini dilakukan secara
perseorangan ataupun melalui organisasi-organisasi sosial, kemudian dikirimkan
atau diantarkan langsung ke tempat-tempat kejadian dan tempat-tempat
pengungsian.
Media
masa merupakan alat yang paling tepat untuk mengkomunikasikan
peristiwa-peristiwa penderitaan manusia secara cepat kepada masyarakt. Dengan
demikian masyarakat dapat segera menilai untuk menentukan sikap antara sesama
manusia terutama bagi yang merasa simpati. Tetapi tidak kalah pentingnya
komunikasi yang dilakukan para seniman melalui karya seni, sehingga para
pembaca, penontonnya dapat menghayati penderitaan sekaligus keindahan karya
seni. Sebagai contoh bagaimana penderitaan anak bemama Arie Hangara yang mati
akibat siksaan orang tuanya sendiri yang difilmkan dengan judul “Arie Hangara”.
D. Pengaruh Penderitaan
Dapat
berupa kekecewaan, duka, kesedihan, kekacauan hati dan fikiran. Pengaruh
penderitaan juga dapat berupa perubaahn pola berfikir seseorang, perubahan
tingkah laku, serta pandangan hidup seseorang. Tidak dapat dipungkiri jika
suatu penderitaan yang di alami oleh setiap orang, masih banyak yang
berpandangan bahwa penderitaan hanya membawa dampak buruk atau pengaruh buruk
bagi mereka. Tanpa disadari jika mereka berusaha berfikir dan menggali makna
dari penderitaan tersebut sebenarnya memiliki suatu arti berupa pelajaran bagi
setiap individu tersebut.
E. Penderitaan dan Perjuangan
Penderitaan
pasti di alami oleh setiap individu. Namun, jika individu tersebut tidak
mencoba berjuang untuk bangkit dari keterpurukan, hanya depresi dan kekalutan
yang akan terus dirasakan. Salah satu cara untuk terlepas dari keterpurukan
adalah dengan cara berjuang melewati keterpurukan tersebut. Tetapi, ingin
berjuang untuk bangkit dari keterpurukan atau tidak, itu tergantung dari setiap
individu itu sendiri yang mengalami penderitaan tersebut.
Mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, selelu berfikir positif, dan tetap
bersemangat menjalani kehidupan, merupakan contoh-contoh tindakan untuk
terlepas dari hal-hal atau dampak suatu penderitaan. Walaupun tidak mudah untuk
bangkit dari penderitaan, namun jika terus berjuang, terus mencoba untuk
bangkit pasti akan dapat terlepas dari dampak penderitaan tersebut.
F. SIKSAAN
Siksaan
atau penyiksaan (Bahasa Inggris: torture) digunakan untuk merujuk pada
penciptaan rasa sakit untuk menghancurkan kekerasan hati korban. Segala
tindakan yang menyebabkan penderitaan, baik secara fisik maupun psikologis,
yang dengan sengaja dilakukkan terhadap seseorang dengan tujuan intimidasi,
balas dendam, hukuman, sadisme, pemaksaan informasi, atau mendapatkan pengakuan
palsu untuk propaganda atau tujuan politik dapat disebut sebagai penyiksaan.
Siksaan dapat digunakan sebagai suatu cara interogasi untuk mendapatkan
pengakuan.
4. Siksaan Bersifat Psikis :
•
Kebimbangan, siksaan ini terjadi ketika manusia sulit untuk menentukan pilihan
yang mana akan meraka ambil dan mereka tidak ambil. Situasi ini sangat membuat
psikis manusia tidak stabil dan butuh pertimbangan yang amat sangat sulit.
•
Ketakutan, adalah suatu reaksi psikis emosional terhadap sesuatu yang ditakuti
oleh
manusia.
•
Rasa takut ini dapat menimbulkan traumatik yang amat mendalam. Dampaknya
manusia bisa kehilangan akal pikirannya dan membuat manusia berkejatuhan
mental.
•
Kesepian, merupakan perasaan sepi yang amat sangat tidak diinginkan oleh setiap
manusia. Pada hakikatnya manusia itu adalah makhluk yang bersosial ,hidup bersama
dan tidak hidup seorang diri.Faktor ini dapat mengakibatkan depresi kejiwaan
yang berat dan merupakan siksaan paling mendalam yang menimpa rohani manusia
CONTOH-CONTOH SIKSAAN :
1. Neraka
Berbicara
tentang neraka, kita selalu ingat kepada dosa. Juga terbayang dalam ingatan
kita, siksaan yang luar biasa, rasa sakit dan penderitaan yang hebat. Jelaslah
bahwa antara neraka, siksaan, rasa sakit, dan penderitaan terdapat hubungan
yang tak dapat dipisahkan satu sama lain. Empat hal itu merupakan rangkaian sebab-akibat.
Manusia masuk neraka karena dosanya. Oleh karena itu, bila kita berbicara
tentang neraka tentu berkaitan dengan dosa. Berbicara tentang dosa juga
berbicara tentang kesalahan.
2. Rasa Sakit
Rasa
sakit adalah rasa yang penderita akibat menderita suatu penyakit. Rasa sakit
ini dapat menimpa setiap manusia. Kaya-miskin, besar-kecil, tua-muda,
berpangkat atau rendahan tak dapat menghindarkan diri darinya. Orang bodoh atau
pintar, bahkan dokter sekalipun.
Penderitaan, rasa sakit, dan siksaan merupakan rangkaian peristiwa yang satu
dan lainnya tak dapat dipisahkan merupakan rentetan sebab akibat. Karena
siksaan, orang merasa sakit; dan karena merasa sakit, orang menderita. Atau
sebaliknya, karena penyakitnya tak sembuh-sembuh, ia merasa tersiksa hidupnya,
dan mengalami penderitaan.
G. KEKALUTAN MENTAL
Penderitaan
batin dalam ilmu psikologi dikenal sebagai kekalutan mental. Secara lebih
sederhana kekalutan mental adalah gangguan kejiwaan akibat ketidakmampuan
seseorang menghadapi persoalan yang harus diatasi sehingga yang bersangkutan
bertingkah laku secara kurang wajar. Gejala permulaan bagi seseorang yang
mengalami kekalutan mental
adalah :
• Nampak pada jasmani yang sering merasakan pusing, sesak napas, demam, nyeri
pada lambung
• Nampak pada kejiwaannya dengan rasa cemas, ketakutan, patah hati, apatis,
cemburu, mudah marah
Tahap-tahap gangguan kejiwaan adalah
:
• Gangguan kejiwaan nampak pada gejala-gejala kehidupan si penderita bais
jasmana maupun rokhani
• Usaha mempertahankan diri dengan cara negative
• Kekalutan merupakan titik patah (mental breakdown) dan yang bersangkutan
mengalami gangguan
Sebab-sebab timbulnya kekalutan
mental :
a. Cara pematangan batin yang salah dengan memberikan reaksi yang berlebihan
terhadap kehidupan social
b. Terjadinya konflik sosial budaya
c. Kepribadian yang lemah akibat kondisi jasmani atau mental yang kurang
sempurna
Bentuk frustasi antara lain :
1. Fiksasi; adalah peletakan
pembatasan pada satu pola yang sama (tetap) misalnya dengan membisu.
2. Agresi berupa kamarahan yang
meluap-luap akibat emosi yang tak terkendali dan secara fisik berakibat mudah
terjadi hypertensi atau tindakan sadis yang dapat membahayakan orang
sekitarnya.
3. Proyeksi; merupakan usaha
melemparkan atau memproyeksikan kelemahan dan sikap-sikap sendiri yang negative
kepada orang lain.
4. Regresi adalah kembali pada pola
perilaku yang primitive atau kekanak-kanakan.
5. Autisme; ialah menutup diri
secara total dari dunia riil, tidak mau berkomunikasi dengan orang lain, ia
puas dengan fantasinya sendiri yagn dapat menjurus ke sifat yang sinting.
6. Narsisme; adalah self love yang
berlebihan sehingga yang bersangkutan merasa dirinya lebih superior dari paa
orang lain.
7. Identifikasi; adalah menyamakan
diri dengan seseorang yang sukses dalam imaginasinya.
Penderitaan kekalutan mental banyak
terdapat dalam lingkungan seperti :
1. orang yang terlalu mengejar materi
2. anak-anak muda usia
3. wanita
4. kota – kota besar
5. orang yang tidak beragama
HAL-HAL POSITIF YANG DAPAT DITERAPKAN
SEHARI-HARI KARENA RINGKASAN INI :
1. Tabah dengan penderitaan yang sedang dialami, tidak pantang menyerah
2. Selalu bersyukur dengan apa yang telah kita dapat
3. Selalu membantu orang lain yang mendapatkan penderitaan
4. Tidak membesar-besarkan penderitaan
5. Selalu memiliki pengetahuan yang luas dalam hal penderitaan
6. Selalu positive thinking dengan apa yang kita dapat
7. Membuat penderitaan itu merupakan sesuatu yang positif untuk kita dan
menjadi bangkit dari keterpurukan
8. Selalu memakai pikiran kita dengan baik
9. Membuat penderitaan itu merupakan berkat dari Tuhan sebagai pikiran bahwa
dengan penderitaan hidup dapat menjadi lebih berwarna. Tidak hanya rasa manis
saja tetapi rasa pahit, asin, gurih, asam yang ada di dalam kehidupan kita
HAL-HAL NEGATIF YANG HARUS DIJAUHI
DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI KARENA RINGKASAN INI :
1. Jangan berfikir negatif tentang penderitaan yg kita hadapi
2. Jangan selalu melihat bahwa rumput di halaman orang lain lebih hijau dari
pada rumput di halaman rumah kita maksudnya Jangan melihat bahwa kehidupan
orang lain lebih indah daripada hidup kita, sebenarnya tanpa disadari hidup
kita sudah indah
3. Jangan terlalu lama terpuruk dalam penderitaan
4. Jangan perpikiran negatif tentang penderitaan yg kita hadapi, anggap saja
itu cobaan yang akan indah akhirnya.
5. Jangan selalu menilai bahwa hidup kita ini menderita, karena penderitaan itu
adalah relatif. Maksudnya bahwa apa yang kita pikirkan tentang pengertian
penderitaan itu pasti berbeda dengan pengertian dari orang lain
6. Jangan selalu berpikir bahwa orang yang menderita adalah orang yang tidak
dapat berbuat apa-apa. Bangkitlah dengan penderitaan itu, tidak semua orang
pernah mendapatkan penderitaan yang sama denganmu
7. Jangan pernah menilai bahwa penderitaan adalah pemberian dari Tuhan.
Penderitaan adalah kita sendiri yang membuatnya. Kita yang menuai kita yang
mendapatkan hasilnya
8. Jangan melampiaskan rasa kecewa karena penderitaan yang kita hadapi kepada
orang lain
9. Jangan pernah menyusahkan orang lain
10. Jangan bersikap tidak peduli dengan penderitaan orang lain.
MANUSIA
DAN KEADILAN
Ø MANUSIA
DAN KEADILAN
Pengertian Keadilan, Keadilan
menurut Aristoteles adalah kelayakan dalam tindakan manusia. Kelayakan
diartikan sebagai titik tengah antara kedua ujung ekstrem yang terlalu banyak
dan terlalu sedikit. Kedua ujung ekstrem ini menyangkut dua orang atau benda.
Bila kedua orang tersebut mempunyai kesamaan dalam ukuran yang telah
ditetapkan, maka masing-masing orang harus memperoleh benda atau hasil yang
sama, kalau tidak sama, maka masing – masing orang akan menerima bagian yang
tidak sama, sedangkan pelangggaran terjadap proporsi tersebut disebut tidak
adil.
Keadilan oleh Plato diproyeksikan
pada diri manusia sehingga yang dikatakan adil adalah orang yang mengendalikan
diri dan perasaannya dikendalikan oleh akal. Socrates memproyeksikan keadilan
pada pemerintahan. Menurut Socrates, keadilan akan tercipta bilamana warga
Negara sudah merasakan bahwa pemerintah sudah melakukan tugasnya dengan baik.
Mengapa diproyeksikan kepada pemerintah ? sebab pemerintah adalah pimpinan
pokok yang menentukan dinamika masyarakat. Kong Hu Cu berpendapat bahwa
keadilan terjadi apabila anak sebagai anak, bila ayah sebagai ayah, bila raja
sebagai raja, masing-masing telah melaksanakan kewajibannya. Pendapat ini
terbatas pada nilai-nilai tertentu yang sudah diyakini atau disepakati.
Menurut pendapat yang lebih umum
dikatakan bahwa keadilan itu adalah pengakuan dan pelakuan yang seimbang antara
hak-hak dan kewajiban. Keadilan terletak pada keharmonisan menuntut hak dan
menjalankan kewajiban. Atau dengan kata lain, keadilan adalah keadaan bila
setiap orang memperoleh apa yang menjadi hak nya dan setiap orang memperoleh
bagian yang sama dari kekayaan bersama.
Ø PENGERTIAN
KEADILAN
Keadilan memberikan kebenaran,
ketegasan dan suatu jalan tengah dari berbagai persoalan juga tidak memihak
kepada siapapun. Dan bagi yang berbuat adil merupakan orang yang bijaksana.
Contoh Keadilan:
Seorang koruptor yang memakan uang
rakyat. Koruptor di tangkap dan dimasukan kepenjara selama 2 tahun tanpa ada
goresan luka sedikit pun pada wajahnya. Hal tersebut mencerminkan bahwa hakim
dan jaksa di indonesia tidak adil pada rakyat kecil yang dikarenakan mencuri
dompet mendapatkan masa kurungan lebih dari sang koruptor, padahal koruptor lah
yang mencuri uang rakyat lebih banyak dari pada pencopet itu. Bahkan koruptor
bisa mendapatkan fasilitas yang istimewa bahkan seperti apartemen didalam
penjara.
Ø KEADILAN
SOSIAL
Seperti pancasila yang bermaksud
keadilan sosial adalah langkah yang menetukan untuk melaksanakan Indonesia yang
adil dan makmur. Setiap manusia berhak untuk mendapatkan keadilan yang
seadil-adilnya sesuai dengan kebijakannya masing-masing.
5 Wujud keadilan sosial yang
diperinci dalam perbuatan dan sikap:
Dengan
sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia manusia Indonesia menyadari
hak dan kewajiban yang sama untuk untuk menciptakan keadilan sosial dalam
kehidupan masyarakat Indonesia.
Selanjutnya untuk mewujudkan
keadilan sosial itu, diperinci perbuatan dan sikap yang perlu dipupuk, yakni :
1. Perbuatan luhur yang mencerminkan sikap dan
suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
2. Sikap adil terhadap sesama,
menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban serta menghormati hak-hak orang
lain.
3. Sikap suka memberi pertolongan kepada orang
yang memerlukan
4. Sikap suka bekerja keras.
5. Sikap menghargai hasil karya
orang lain yang bermanfaat untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan bersama.
Asas yang menuju dan terciptanya
keadilan sosial itu akan dituangkan dalam berbagai langkah dan kegiatan, antara
lain melalui delapan jalur pemerataan yaitu :
1. Pemerataan pemenuhan kebutuhan
pokok rakyat banyak khususnya pangan, sandang dan perumahan.
2.
Pemerataan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan.
3.
Pemerataan pembagian pendapatan.
4.
Pemerataan kesempatan kerja.
5.
Pemerataan kesempatan berusaha.
6. Pemerataan kesempatan
berpartisipasi dalam pembangunan khususnya bagi generasi muda dan kaum
wanita.
7. Pemerataan penyebaran
pembangunan di seluruh wilayah tanah air.
8. Pemerataan kesempatan
memperoleh keadilan.
Ø BERBAGAI
MACAM KEADILAN
a) Keadilan Legal atau Keadilan Moral
Plato
berpendapat bahwa keadilan dan hukum merupakan substansi rohani umum dari
masyarakat yang membuat dan menjaga kesatuannya. Dalam suatu masyarakat yang
adil setiap orang menjalankan pekerjaan yang menurut sifat dasarnya paling
cocok baginya (Than man behind the gun). Pendapat Plato itu disebut keadilan
moral, sedangkan Sunoto menyebutnya keadilan legal.
b) Keadilan Distributif
Aristoles
berpendapat bahwa keadilan akan terlaksana bilamana hal-hal yang sama
diperlakukan secara sama dan hal-hal yang tidak sama secara tidak sama (justice
is done when equals are treated equally) Sebagai contoh: Ali bekerja 10 tahun
dan budi bekerja 5 tahun. Pada waktu diberikan hadiah harus dibedakan antara
Ali dan Budi, yaitu perbedaan sesuai dengan lamanya bekerja. Andaikata Ali
menerima Rp.100.000,-maka Budi harus menerima Rp. 50.000,-. Akan tetapi bila
besar hadiah Ali dan Budi sama, justru hal tersebut tidak adil.
c) Komutatif
Keadilan
ini bertujuan memelihara ketertiban masyarakat dan kesejahteraan umum. Bagi
Aristoteles pengertian keadilan itu merupakan asas pertalian dan ketertiban
dalam masyarakat. Semua tindakan yang bercorak ujung ekstrim menjadikan ketidak
adilan dan akan merusak atau bahkan menghancurkan pertalian dalam masyarakat.
Contoh :
Dr.Sukartono dipanggil seorang
pasien, Yanti namanya, sebagai seorang dokter ia menjalankan tugasnya dengan
baik. Sebaliknya Yanti menanggapi lebih baik lagi. Akibatnya, hubungan mereka
berubah dari dokter dan pasien menjadi dua insan lain jenis saling mencintai.
Bila dr. sukartono belum berkeluarga mungkin keadaan akan baik saja, ada
keadilan komutatif. Akan tetapi karena dr. sukartono sudah berkeluarga,
hubungan itu merusak situasi rumah tangga, bahkan akan menghancurkan rumah
tangga. Karena Dr.Sukartono melalaikan kewajibannya sebagai suami, sedangkan
Yanti merusak rumah tangga Dr.Sukartono.
Ø KEJUJURAN
Kejujuran
atau jujur artinya apa yang dikatakan seseorang sesuai dengan hati nuraninya,
apa yang dikatakannya sesuai dengan kenyataan yang ada. Sedang kenyataan yang
ada itu adalah kenyataan yang benar-benar ada. Jujur juga berarti seseorang
bersih hatinya dari perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama dan hukum.
Untuk itu dituntut satu kata dan perbuatan-perbuatan yang berarti bahwa apa
yang dikatakan harus sama dengan perbuatannya. Karena itu jujur juga menepati
janji atau kesanggupan yang terlampir melalui kata-kata ataupun yang masih
terkandung dalam nuraninya yang berupa kehendak, harapan dan niat.
Hakikat kejujuran dalam hal ini
adalah hak yang telah tertetapkan, dan terhubung kepada Tuhan. Ia akan sampai
kepada-Nya, sehingga balasannya akan didapatkan di dunia dan akhirat. Tuhan
telah menjelaskan tentang orang-orang yang berbuat kebajikan, dan memuji mereka
atas apa yang telah diperbuat, baik berupa keimanan, sedekah ataupun kesabaran.
Bahwa mereka itu adalah orang-orang jujur dan benar. Dan pada hakekatnya jujur
atau kejujuran dilandasi oleh kesadaran moral yang tinggi, kesadaran pengakuan
akan adanya sama hak dan kewajiban, serta rasa takut terhadap kesalahan atau
dosa.
Ø KECURANGAN
Kecurangan
atau curang identik dengan ketidak jujuran atau tidak jujur, dan sama pula
dengan licik, meskipun tidak serupa benar. Sudah tentu kecurangan sebagai lawan
jujur.
Curang atau kecurangan artinya apa
yang diinginkan tidak sesuai dengan hati nuraninya. Atau orang itu memang dari
hatinya sudah berniat curang dengan maksud memperoleh keuntungan tanpa
bertenaga dan usaha. Kecurangan menyebabkan manusia menjadi serakah, tamak,
ingin menimbun kekayaan yang berlebihan dengan tujuan agar dianggap sebagai
orang yang paling hebat, paling kaya dan senang bila masyarakat sekelilingnya
hidup menderita.
Sebab-Sebab Seseorang Melakukan
Kecurangan
Bermacam-macam sebab orang melakukan
kecurangan, ditinjau dari hubungan manusia dengan alam sekitarnya ada empat
aspek yaitu:
1.
Aspek ekonomi
2.
Aspek kebudayaan
3.
Aspek peradaban
4.
Aspek tenik
Apabila
ke empat aspek tersebut dilaksanakan secara wajar, maka segalanya akan berjalan
sesuai dengan norma-norma moral atau norma hukum, akan tetapi apabila manusia
dalam hatinya telah digerogoti jiwa tamak, iri, dengki, maka manusia akan
melakukan perbuatan yang melanggar norma tersebut dan jadilah kecurangan.
Tentang baik dan buruk Pujowiyatno dalam bukunya "filsafat sana-sini"
menjelaskan bahwa perbuatan yang sejenis dengan perbuatan curang, misalnya
berbohong, menipu, merampas, memalsu dan lain-lain adalah sifat buruk. Lawan
buruk sudah tentu baik. Baik buruk itu berhubungan dengan kelakuan manusia.
Pada diri manusia seakan –akan ada perlawanan antara baik dan buruk. Baik
merupakan tingkah laku, karena itu diperlukan ukuran untuk menilainya, namun
sukarlah untuk mengajukan ukuran penilaian mengenai halyang penting ini. Dalam
hidup kita mempunyai semacam kesadaran dan tahulah kita bahwa ada baik dan
lawannya pada tingkah laku tertentu juga agak mudah menunjuk mana yang baik,
kalau tidak baik tentu buruk.
Ø PEMULIHAN
NAMA BAIK
Nama
baik merupakan tujuan utama orang hidup. Nama baik adalah nama yang tidak
tercela. Setiap orang menajaga dengan hati-hati agar namanya baik. Lebih-lebih
jika ia menjadi teladan bagi orang/tetangga disekitarnya adalah suatu
kebanggaan batin yang tak ternilai harganya. Penjagaan nama baik erat
hubungannya dengan tingkah laku atau perbuatan. Atau boleh dikatakan bama baik
atau tidak baik ini adalah tingkah laku atau perbuatannya. Yang dimaksud dengan
tingkah laku dan perbuatan itu, antara lain cara berbahasa, cara bergaul, sopan
santun, disiplin pribadi, cara menghadapi orang, perbuatan-perbuatan yang
dihalalkan agama dan sebagainya. Pada hakekatnya pemulihan nama baik adalah
kesadaran manusia akan segala kesalahannya; bahwa apa yang diperbuatnya tidak
sesuai dengan ukuran moral atau tidak sesuai dengan ahlak yang baik. Untuk
memulihkan nama baik manusia harus tobat atau minta maaf. Tobat dan minta maaf
tidak hanya dibibir, melainkan harus bertingkah laku yang sopan, ramah, berbuat
darma dengan memberikan kebajikan dan pertolongan kepaa sesama hidup yang perlu
ditolong dengan penuh kasih sayang , tanpa pamrin, takwa terhadap Tuhan dan
mempunyai sikap rela, tawakal, jujur, adil dan budi luhur selalu dipupuk.
Ø PEMBALASAN
Pembalasan
adalah suatu reaksi atas perbuatan orang lain. Reaksi itu dapat berupa
perbuatan serupa, perbuatan yang seimbang, tingkah laku yang serupa, tingkah
laku yang seimbang.
Dalam Al-Qur’an terdapat ayat-ayat
yang menyatakan bahwa Tuhan mengadakan pembalasan. Bagi yang bertakwa kepada
Tuhan diberikan pembalasan, dan bagi yang mengingkari perintah Tuhan pun
diberikan pembalasan yang seimbang, yaitu siksaan di neraka. Pembalasan
disebabkan oleh adanya pergaulan. Pergaulan yang bersahabat mendapatkan
pembalasan yang bersahabat. Sebaliknya, pergaulan yang penuh kecurigaan,
menimbulkan pembalasan yang tidak bersahabat pula.
Pada dasarnya, manusia adalah
makhluk moral dan makhluk sosial. Dalam bergaul, manusia harus mematuhi
norma-norma untuk mewujudkan moral itu. Bila manusia bermuat amoral,
lingkunganlah yang menyebabkannya. Perbuatan amoral pada hakekatnya adalah
perbuatan yang melanggar hak dan kewajiban manusia lain. Oleh karena itu
manusia tidak menghendaki hak dan kewajibannya dilanggar, maka manusia berusaha
mempertahankan hak dan kewajibannya itu. Mempertahankan hak dan kewajiban itu
adalah pembalasan.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Manusia dalam
hidupnya tak lepas dari permasalahan. Manusia dalam hidupnya pasti pernah
mengalami kegelisahan. Gelisah tergolong penyakit batin,
penyakit ini dapat menyerangsiapa saja, dari golongan apa, dan bangsa apapun.
Bila dibandingkan dengan rasa takut, daerah operasinya lebih luas. Sebab orang
yang pemberani, tak mungkin diserang oleh rasa takut. Atau orang yang mempunyai
obat penangkal takut juga tidak akan dijamahnya. Umpama orang yang pernah
mengerjakan perbuatan salah sudah pasti tidak akan takut untuk dituntut. Begitu
pula seorang yang kaya, pasti tidak akan takut kelaparan, dan sebagainya.
Tetapi walaupun benar, kaya, pandai, jujur, dan sebagainya pasti akan dilanda
perasaan gelisah.
Kegelisahan merupakan rasa
kekhawatiran yang ada dalam diri manusia, rasa ini disebabkan karena kurang
tentramnya jiwa seseorang tersebut, atau rasa tidak tenang (tidak sabar) yang
menyebabkan rasa gelisah ini mincul. Pada hakekatnya sebab-sebab orang
gelisah disebabkan karena rasa takut pada hak-haknya. Namun terlepas dari itu
usaha untuk mengatasi kegelisan sangatlah perlu. Yaitu dengan dimulai dari diri
kita sendiri, dengan bersikap tenang dan tidak terbawa pengaruh emosi dalam
jiwa kita. Karena jiwa kita sendirilah yang dapat kita kontrol untuk terlepas
dari rasa kegelisahan.
Kegelisahan
yang sering terjadi pada manusia adalah disaat seseorang pernah melakukan
sebuah perbuatan buruk. Hal ini lah yang membuat seseorang mengalami
kegelisahan. Hatinya tidak tenang, dia merasa cemas. Karena terlalu memikirkan
perbuatan buruk yang sudah dilakukannya. Akhirnya orang tersebut terlihat
murung, menyendiri dan merasa kesepian dan terasing. Oleh karena itu, kami
kelompok 7 membuat makalah Ilmu Budaya Dasar tentang “Manusia dan Kegelisahan”
B.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan kami
bahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Apakah
pengertian kegelisahan?
2.
Apakah faktor
penyebab terjadinya kegelisahan?
3.
Bagaimana cara
mengatasi kegelisahan?
4.
Apa saja bentuk
– bentuk kegelisahan?
C.
Tujuan
Berikut tujuan disusunnya makalah ini
antara lain:
1.
Untuk
mengetahui pengertian kegelisahan
2.
Untuk
mengetahui penyebab terjadinya kegelisahan
3.
Untuk
mengetahui cara mengatasi kegelisahan
4.
Untuk mengetahui
bentuk – bentuk kegelisahan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kegelisahan
Kegelisahan
berasal dari kata “gelisah”. Gelisah artinya rasa yang tidak tentram di hati
atau merasa selalu khawatir, tidak dapat tenang (tidurnya), tidak sabar lagi
(menanti), cemas dan sebagainya. Kegelisahan menggambarkan seseorang tidak
tentram hati maupun perbuatannya, artinya merasa gelisah, khawatir, cemas atau
takut dan jijik. Rasa gelisah ini sesuai dengan suatu pendapat yang menyatakan
bahwa manusia yang gelisah itu dihantui rasa khawatir atau takut. Manusia suatu saat dalam hidupnya akan mengalami
kegelisahan. Kegelisahan yang cukup lama akan menghilangkan kemampuan untuk
merasa bahagia.
Manusia
selama ini seringkali tenggelam dalam kegelisahan. Berbagai penyebab
kegelisahan telah menyita waktu dan perhatian manusia, dan sayangnya banyak
yang tidak menyadari betapa mengganggunya kegelisahan itu. Kegelisahan yang
timbul dalam diri kita sebenarnya dibuat oleh kita sendiri, kita ciptakan
mereka di dalam pikiran kita melalui ketidakmampuan ataupun kegagalan untuk
mengerti bahaya perasaan keakuan dan melalui khayalan yang melambung serta
kesalahan dalam menilai setiap kejadian atau benda. Hanya jika kita dapat
melihat suatu kejadian atau benda dengan apa adanya, bahwa tidak ada sesuatu
apa pun yang kekal di dunia ini dan bahwa keakuan kita sendiri merupakan
khayalan liar yang membawa kekacauan dalam pikiran yang tidak terlatih.
Kegelisahan adalah suatu rasa tidak tenteram, tidak tenang, tidak sabar, rasa
khawatir/cemas pada manusia. Kegelisahan merupakan gejala universal yang ada
pada manusia manapun. Namun kegelisahan hanya dapat diketahui dari gejala
tingakah laku atau gerak – gerik seseorang dalam situasi tertentu. Jadi,
kegelisahan merupakan sesuatu yang unik sebagai manifestasi dari perasaan tidak
tenteram, khawatir, ataupun cemas.
Kegelisahan
hanya dapat diketahui dari gejala tingkahlaku atau gerak gerik seseorang dalam
situasi tertentu. Gejala gerak gerik atau tingkah laku itu umumnya lain dari
biasanya, misalnya berjalan mondar-mandir dalam ruang tertentu sambil
menundukkan kepala, duduk merenung sambil memegang kepala, duduk dengan wajah
murung,malas bicara, dan lain-lain.kegelisahan juga merupakan ekspresi dari
kecemasan. Masalah kecemasan atau kagalisahan berkaitan juga dengan masalah
frustasi, yang secara definisi dapat disebutkan, bahwa seseorang mengalami
frustasi karena apa yang diinginkan tidak tercapai.
Hal
ini terjadi karena adanya keterbatasan manusia untuk dapat mengetahui hal-hal
yang akan datang atau yang belum terjadi. Hal ini terjadi misalnya karena
adanya suatu harapan, atau adanya ancaman. Manusia gelisah karena takut
terhadap dosa-dosa dan pelanggaran (yang telah dilakukan), takut terhadap hasil
kerja (tidak memenuhi kepuasan spiritual), takut akan kehilangan milik (harta
dan jabatan), atau takut menghadapi keadaan masa depan (yang tidak disukai).
Sedangkan sumber kegelisahan berasal dari dalam diri manusia (internal)
misalnya rasa lapar, haus, rasa sepi, dan dari luar diri manusia (eksternal)
misalnya kegelisahan karena diancam seseorang.
Penyebab
lain kegelisahan karena adanya kemampuan seseorang untuk membaca dunia dan
mengetahui misteri hidup. Kehidupan ini yang menyebabkan mereka menjadi
gelisah. Mereka sendiri sering tidak tahu mengapa mereka gelisah, mereka
hidupnya kosong dan tidak mempunyai arti. Orang yang tidak mempunyai dasar
dalam menjalankan tugas (hidup), sering ditimpa kegelisahan. Kegelisahan yang
demikian sifatnya abstrak sehingga disebut kegelisahan murni, yaitu kegelisahan
murni tanpa mengetahui apa penyebabnya. Bentuk- bentuk kegelisahan manusia
berupa keterasingan, kesepian, ketidakpastian. Perasaan-perasaan semacam ini
silih berganti dengan kebahagiaan, kegembiraan dalam kehidupan manusia.
Tentang perasaan kegelisahan ini, Sigmund Freud membedakannya menjadi
tiga macam, yaitu :
1.
Kegelisahan Obyektif
(Kenyataan)
Kegelisahan ini mirip dengan
kegelisahan terapan dan kegelisahan ini timbul akibat adanya pengaruh dari luar
atau lingkungan sekitar.
Contoh : Tini seorang ibu muda, mempunyai anak berumur
dua tahun, Tina namanya. Tina tumbuh sehat, montok, lucu, lincah, dan sangat
akrab dengan ibunya. Hampir seluruh waktu Tini tercurahkan untuk Tina. Ia
keluar kerja demi Tina, anak yang baru seorang itu. Sekonyong-konyong Tina
sakit ; muntah-muntah disertai buang air. Tini bingung, anaknya segera dibawa
kerumah sakit. Kata dokter, Tina harus dirawat di rumah sakit dan tidak boleh
ditunggui. Tina menangis terus, tetapi ibunya harus meninggalkannya. Tini
gelisah, cemas, khawatir, memikirkan nasib anaknya. Pada
contoh tersebut jelas bagi kita, bahwa kegelisahan yang diderita oleh ibu Tini
adalah karena adanya bahaya dari luar yang mengancam anaknya.
2.
Kegelisahan Neurotik (Saraf)
Kegelisahan ini berhubungan dengan
sistem syaraf. Syaraf-syaraf yang bekerja
secara alami ketika tubuh merasa terancam atau mengetahui akan ada suatu hal
berbahaya yang akan terjadi. Tubuh tidak diperintahkan untuk melakukannya.
Singkatnya kegelisahan ini ditimbulkan oleh suatu pengamatan tentang bahaya
naluriah.
Contohnya: Kegelisahan para peserta Indonesia Mencari Bakat ketika akan mengetahui siapa yang harus pulang pada malam
mereka tampil dan kegelisahan murid-murid sekolah ketika menunggu hasil ujian
akhir.
3. Kegelisahan moral
Kegelisahan ini mucul dari dalam diri
sendiri. Sebagian besar karena rasa bersalah atau malu dalam ego yang
ditimbulkan oleh suatu pengamatan bahaya dari hati nurani. Hal ini timbul
karena pada dasarnya setiap manusia mempunyai hari nurani dan sadar atau tidak
mereka tahu mana hal yang benar dan mana yang salah. Walaupun mereka melakukan
kejahatan, setiap orang pastilah tahu hal yang dilakukannya itu adalah salah.
Keadaan mungkin yang memaksa mereka melakukannya. Jadi, mereka tetap mempunyai
rasa bersalah dan mengalami kegelisahan moral itu. Contohnya: Setelah terungkap
permasalahan korupsi di tubuh KPU, banyak pihak yang terkait merasa gelisah.
B. Faktor
Penyebab Kegelisahan
Bukan merupakan sebuah kepastian
bahwa akar penyebab kegelisahan selalu bermula dari faktor keluarga atau metode
pendidikan yang diterapkan oleh kedua orang tua. Bahkan, terkadang ia muncul
dari diri penderita sendiri dan itu merupakan faktor sangat dominan dan
berpengaruh dalam semua aspek keberadaan manusia sampai akhir hayatnya. Faktor
penyebab kegelisahan antara lain:
a. Dari
Dalam
Faktor kegelisan dari dalam diri seseorang antara lain:
1. Cinta
Diri
Kecintaan
seseorang terhadap dirinya merupakan hal yang wajar, namun sebagian orang telah
berlebihan dalam mempertahankan cinta tersebut, sehingga terbebani dengan
berbagai macam penderitaan dan rasa sakit. Dalam pembahasan ini, yang dimaksud
cinta diri adalah kecintaan melampaui batas, perhatian berlebihan terhadap diri
sendiri, dan sangat sensitif terhadap segala hal yang berkaitan dengan itu,
sehingga ia tidak mendapati musibah yang lebih parah dari penyakit tersebut.
Ya
perhatian yang berlebihan terhadap diri akan menyebabkan munculnya keinginan
buruk dalam diri seseorang, seperti ingin meraih kecintaan dari semua manusia,
mengharapkan kehadiran mereka dengan patuh dan mau melaksanakan perintahnya
secara keseluruhan demi memperoleh kerelaannya.
2. Lalai dalam Mengingat Allah
Dalam
beberapa hadits dan riwayat Shahih disebutkan bahwa was-was dalam keadaan
tertentu akan muncul sebagai akibat kelalaian seseorang dalam mengingat Allah,
berpaling dari (mencari) hikmah-Nya, dan mengentengkan perintah dan
larangan-Nya. Terkadang was-was juga akan muncul dari setan yang telah
mengguncangkan jiwanya.
Ya,
orang yang hatinya bersih dan yakin kepada Allah tidak akan terkena penyakit
ini, kecuali bila menderita cacat atau penyakit tertentu. Dari sudut pandang
agama, mengingat Allah ibarat benteng kuat dan baju besi yang melindungi
manusia dari berbagai macam bahaya, seperti penyakit kejiwaan. Sebagaimana,
kita juga dapat menjadikannya sebagai pijakan dalam proses pengobatannya.
Beberapa riwayat menyebutkan bahwa was-was bisa muncul sebagai akibat perbuatan
haram dan mungkar, sebaliknya mencari perlindungan Allah dapat mencegah
seseorang dari dampak negatifnya.
3. Gejolak Hati
Terkadang
was-was muncul dalam keadaan tertentu lantaran kegalauan hati yang sangat keras
akan hal-hal yang spele dan remeh. Ketika ia tidak mendapatkan sesuatu yang
dapat menyibukkan dirinya, ia akan memikirkan problem dan khayalan sia-sia,
sehingga sering kali hal itu menyeretnya kedalam kubangan was-was.
Karena
itu, ketika seorang anak kecil megotori badannya, maka ia akan segera melawan
guncangan jiwa lantaran takut akan hukuman ibunya dengan cara mencuci kotoran
tersebut berulang kali. Dan, pengulangan itu memberikan kemungkinan bagi muncul
dan tertanamnya pemikiran yang bersifat was-was tersebut. Sebagian orang
berkeyakinan bahwa pemikiran yang disertai perasaan was-was sebenarnya
merupakan sejenis kegelisahan yang timbul dari penyakit kejiwaan yang dapat
disembuhkan dengan mudah.
4. Rasa Takut dan Malu
Mungkin,
sifat malu merupakan salah satu diantara faktor penyebab was-was, sebab seorang
pemalu adalah orang yang takut berdiam diri dan inilah yang mengharuskan kita
membahas tentang sebab-sebabnya pada anak-anak.
Karena
itu, mereka yang pada masa kecilnya telah mendapatkan pelecehan dan perlakuan
keras, pada masa dewasanya tidak akan mampu menghadapi problem yang sangat
besar dan menyelesaikannya secara benar. Ini menunjukkan bahwa seorang pemalu
akan berusaha dengan berbagai macam cara untuk melaksanakan pekerjaan dengan
sebaik-baiknya agar tidak menjadi bahan penilaian dan cemoohan orang lain.
Inilah yang mendorongnya melakukan pekerjaan secara berulang agar dapat
menyelesaikannya sebaik mungkin, yang pada akhirnya menjerumuskannya kedalam
was-was.
5. Tidak Merasa Aman
Dalam
keadaan tertentu, perasaan tidak aman merupakan faktor penyebab terjadinya was-was.
Dengan kata lain, sebagian orang akan menderita was-was lantaran dirinya
merasakan tidak adanya keamanan. Terkadang, perasaan semacam ini merupakan
akibat dari lemahnya kepribadian dan tidak adanya kemampuan dalam
mengendalikan diri.
Tidak
diragukan lagi bahwa benturan kejiwaan yang datang secara tiba-tiba pada diri
seseorang akan mendorong munculnya perasaan tidak aman dalam diri , yang
kemudian akan menyebabkan tertimpa was-was. Sebagaimana, tekanan jiwa akan
menghilangkan perasaan aman dalam pikiran seseorang. Ini juga merupakan
penyebab lemahnya kepribadian dan menjadikannya sebagai sasaran empuk bagi
penyakit was-was.
6. Jiwa
yang Lemah
Kelemahan
jiwa dalam diri seseorang dapat mencapai suatu taraf dimana ia sendiri
kehilangan kekuatan untuk mengendalikannya, sehingga kita mendapatinya dengan
terpaksa menyerah dihadapan kejadian-kejadian yang dialaminya. Ketika ia
menampakkan keinginan agar seluruh pekerjaannya sebanding dengan orang yang
lebih utama darinya, maka perasaan ini akan berubah kedalam bentuk perasaan
lemah.
b. Kemasyarakatan
Terkadang,
dalam beberapa keadaan, was-was diakibatkan oleh faktor sosial dimana kita
dapat melihat sebagian gejalanya ketika seseorang melakukan suatu perbuatan
yang sama dengan orang lain dan selalu mengikutinya. Namun kasus ini berbeda
dengan dimana anak-anak mewarisinya dari ayah atau ibunya. Dengan kata lain,
mengikuti perilaku orang lain dan taklid terhadap kelakuan mereka yang salah
serta berteman dengan segala penderita penyakit tersebut akan menyebabkan
terjadinya kontradiksi yang dibencinya dan membantu proses transfer penyakit
tersebut dari satu orang kepada orang lain.
C. Cara
Mengatasi Kegelisahan
Cara yang digunakan
dalam mengatasi kegelisahan:
· Dengan
memerlukan sedikit pemikiran yaitu, pertama kita menanyakan pada diri kita
sendiri (instropeksi),akibat yang paling
buruk yang bagaimanakah yang akan kita tanggung atau yang akan terjadi,mengapa
hal itu terjadi,apa penyebabnya dan sebagainya.
·
Kita bersedia menerima sesuatu yang
terjadi pada diri kita dengan rasa tabah dan senang hati niscaya kecemasan
tersebut akan sirna dari jiwa kita. Bersamaan berjalannya waktu kita dapat
mencoba untuk memperkecil dan mengurangi keburukan-keburukan akibat timbulnya
kecemasan tersebut dalam jiwa kita.
· Berdoa
kepada Tuhan dengan sungguh-sungguh sabar,tabah,senang dan ikhlas sehingga Ia
mau mengabulkan permohonan kita dari perasaan kecemasan ini,sebab Tuhan adalah
yang paling Maha Pemurah,Maha Pengampun,Maha Pengasih dan Maha Penyayang bagi
umatnya yang mau berdoa dan memohon kepadaNya
D. Bentuk-bentuk kegelisahan
Bentuk bentuk
kegelisahan antara lain:
a)
Keterasingan
Keterasingan
berasal dari kata terasing, asal kata dari kata dasar asing. Kata asing berarti
sendiri, tidak dikenal orang, sehingga kata terasing berarti tersisihkan dari
pergaulan, terpisahkan dari yang lain,atau terpencil. Jadi, keterasingan
berarti hal-hal yang berkenaan dengan tersisihkan dari pergaulan, terpisah dari
yang lain atau terpencil. Apapun makna yang kita lekatkan pada istilah
keterasingan, yang jelas ia merupakan bagian dari hidup manusia. Sebagai bagian
dari hidup manusia, sebagaimana juga kegelisahan, maka keterasingan pun
memiliki sifat universal. Ini berarti bahwa keterasingan tidak pernah mengenal
perbedaan manusia. Sebentar ataukah lama setiap orang akan pernah mengalami
keterasingan ini, meskipun kadar atau penyebabnya berbeda-beda.
Contoh
: Murni gadis lincah, bebas, dan pandai bergaul. Kawannya
banyak dan hilir mudik bergantian datang dan mengajak pergi. Pada suatu hari
tersiar berita ia mendapat “kecelakaan”. Sejak itu ia tidak pernah menampakkan
diri dan tak ada kawan yang hilir mudik datang berkunjung dan mengajak pergi.
Ia menyembunyikan diri di kamar, malu keluar. Ia hidup dalam keterasingan.
· Sebab – sebab keterasingan
Bila
kita memperhatikan contoh Murni tidak mau bergaul lagi dengan kawan-kawannya,
hidup menyendiri, karena malu atas perbuatannya yang melanggar moral. Jadi,
sebab-sebab hidup terasing itu bersumber pada :
Ø Perbuatan
yang tidak dapat diterima oleh masyarakat, antara lain mencuri, bersikap angkuh
atau sombong.Sikap dan perbuatan seseorang tidaklah mesti sesuai dengan
aspirasi orang lain, lebih-lebih dalam masyarakat yang beragam seperti
masyarakat kita ini, bilamana ketidaksesuaian ini berkembang bisa diduga akan
timbul jarak antara orang satu dengan lainnya. Ketidaksesuaian ini bisa jadi
timbul lantaran seseorang menampakkan sikap dan perbuatan yang di mata orang
lain negatif seperti misalnya sombong, menganggap dirinya lebih tinggi,
angkuh, kaku, pemarah, dan semacamnya.Sikap yang sejenis dengan angkuh atau
sombong ialah sikap kaku, pemarah, dan suka berkelahi. Sikap seperti itu
menjauhkan kawan dan mendekatkan lawan. Orang segan berkawan dengan orang yang
bersikap seperti itu, sebab takut terjadi konflik batin atau konflik fisik.
Ø Sikap
rendah diri.
Sikap
rendah diri menurut Alex Gunur adalah sikap kurang baik. Sikap ini menganggap
atau merasa dirinya selalu atau tidak berharga, tidak atau kurang laku, tidak
atau kurang mampu di hadapan orang lain. Sikap ini disebut juga sikap minder.
Jadi, bukan orang lain yang menganggap dirinya rendah, tetapi justru dirinya sendiri,
tetapi juga tidak baik bagi masyarakat. Sikap rendah diri disebabkan antara
lain kemungkinan cacat fisik, status sosial-ekonominya, rendah pendidikannya,
dan karena kesalahan perbuatannya.
a.
Keterasingan karena cacat fisik
Cacat
fisik tidak perlu membuat hidup terasing karena itu adalah kehendak Tuhan.
Namun, seringkali manusia memiliki jalan pikiran yang berbeda. Erasa malu anak
atau cucunya cacat fisik, maka disingkirkannya anak tersebut dari pergaulan
ramai, hidup dalam keterasingan.
b. Keterasingan karena sosial-ekonomi
Ekonomi
kuat atau lemah adalah anugerah Tuhan. Orang tidak boleh membanggakan kekayaan
dan tidak boleh pula merasa rendah diri karena keadaan ekonomi yang minim.
Namun dalam kenyataan lain keadaannya, orang-orang yang tergolong lemah
ekonominya seringkali merasa rendah diri. Akibatnya orang-orang kaya sering
membanggakan kekayaannya, meskipun tanpa disengaja.
c.
Keterasingan karena rendah
pendidikan
Banyak
juga orang yang merasa rendah diri karena rendah pendidikannya dan tidak dapat
mengikuti jalan pikiran orang yang berpendidikan tinggi dan banyak
pengalaman.Dalam pergaulan orang-orang yang berpendidikan rendah dan kurang
berpengalaman biasanya menyendiri, mengasingkan diri karena merasa sulit
menempatkan diri. Ingin bertanya takut salah,juga takut ditanya, takut
jawabannya tidak benar. Akibatnya ia menjauhkan diri dari pergaulan.Akan
tetapi, orang seperti itu masih lebih baik dari pada mereka yang berlagak
pintar dan akhirnya menjadi bahan tertawaan.
Contoh :
Akil
yang merasa berpendidikan rendah, tidak mau bercakap-cakap dengan tamu dalam
pertemuan itu. Apalagi tamu-tamu itu sebentar-sebentar mempergunakan bahasa
asing yang belum pernah didengarkannya. Ia merasa makin takut meskipun
pakiannya tidak kalah dengan mereka karena pendidikan dan pengalamannya jauh
lebih rendah dari mereka. Karena itu ia menghindarkan diri dan menyendiri saja.
d. Keterasingan karena perbuatannya
Orang
terpaksa hidup dalam keterasingan karena merasa malu, dunia rasanya sempit,
bila melihat orang, mukanya ditutupi. Itu semua akibat dari perbuatannya, yang
tidak bisa diterima oleh masyarakat lingkungannya. Banyak perbuatan yang tidak
dapat diterima oleh masyarakat.Contoh :
Selama ini Tn. Adi terkenal sebagai
orang terhormat. Semua penduduk di wilayahnya mengenal siapa Tn. Adi, pegawai
tinggi suatu instansi, ramah, dan dermawan. Tiba-tiba tersiar berita di koran
bahwa Tn. Adi tersangkut korupsi milyaran. Dengan adanya berita itu, Tn. Adi
tidak pernah keluar, apalagi bergaul. Setiap ada undangan tidak pernah datang.
Ia mengurung diri di rumah, hidup dalam keterasingan.
Ø Takut kehilangan hak.
Contoh : Oyong
mempunyai sifat pemarah, sebentar-bentar menantang orang dan mengajaknya
berkelahi. Ia menganggap lawannya pasti kalah. Ia tak kenal istilah musyawarah,
akibatnya semua teman-temannya perlahan-lahan menjauhinya, sehingga ia terasing
dari pergaulan. Jadi, bila kita renungkan, orang hidup dalam keterasingan
karena takut kehilangan haknya. Seperti halnya Oyong yang merasa takut
kehilangan hak nama baiknya. Ia merasa lebih dari orang lain, sehingga bila ada
orang yang melebihinya, ia segera mengajaknya berkelahi.
Ø Kerinduan.
Kadang-kadang
keterasingan disebabkan pula oleh rasa kerinduan yang begitu hebat baik
terhadap keluarga, teman, suasana,atau bahkan terhadap suatu tempat. Adalah
satu hal yang wajar apabila seseorang yang berada jauh dari keluarga akan
merasakan kerinduan yang begitu hebat terhadap keluarganya. Dalam kondisi yang demikian
ini tidak heran kalau kemudian yang bersangkutan merasa terasing, kendatipun
lingkungan sekitarnya mampu memenuhi kebutuhannya.
· Usaha-usaha
untuk mengatasi keterasingan
Keterasingan
biasanya terjadi karena sikap sombong, angkuh, pemarah, kaku, rendah diri, atau
karena perbuatan yang melanggar norma hukum. Untuk mengatasi keterasingan ini
diperlukan kesadaran yang tinggi. Orang bersikap demikian karena menganggap
semua yang mereka lakukan adalah benar. Lain halnya dengan orang yang rendah
diri. Orang yang mempunyai sifat ini biasanya sadar akan kekurangannya. Untuk
meningkatkan harga diri, ia harus banyak belajar dan bergaul. Pergaulan itu
dilakukan sedikit demi sedikit dan terus meningkat, sehingga akhirnya menjadi
biasa.
b) Kesepian
Kesepian
berasal dari kata sepi, artinya sunyi, lengang, tidak ramai, tidak ada orang
atau kendaraan, tidak banyak tamu, tidak banyak pembeli, tak ada apa-apa, dan
sebagainya. Kesepian adalah keadaan sepi atau hal sepi. Contoh
:
1. Setelah anaknya yang telah menikah itu memiliki rumah
sendiri, ibu Hadi merasa kesepian.
2. Setelah tembakan gencar itu berhenti, jalan-jalan tampak
sepi. Orang-orang takut keluar, bahkan suara deru mobil pun tak kedengaran.
3. Karena pak Parman dan ibu Parman kurang bergaul, ditambah
keadaan hari itu hujan lebat, maka resepsi perkawinan anaknya sepi, tamu kurang
sekali.
Setiap
orang pernah mengalami kesepian, karena kesepian merupakan bagian hidup
manusia. Lama atau sebentar perasaan kesepian ini bergantung kepada mental
orang dan kasus penyebabnya.
· Sebab-sebab terjadinya kesepian
Bermacam-macam
penyebab terjadinya kesepian. Salah satunya adalah frustasi. Orang yang
frustasi tidak mau diganggu,ia lebih senang dalam keadaan sepi, tidak suka
bergaul, dan sebagainya. Ia lebih senang hidup sendiri. Contoh
: Pangeran Sidharta, putra raja Kapilawastu, meninggalkan
istana, tempat kemewahan, keramaian, dan keindahan. Karena frustasi menyaksikan
kontradiksi keadaan diluar istana yang penuh penderitaan, maka ia meninggalkan
istana dan pergi ke hutan ke tempat yang lebih sunyi untuk mencari hakikat
hidup.
Bila
kita perhatikan sepintas lalu mungkin keterasingan dan kesepian hampir serupa,
tetapi sebenarnya tidak sama, walaupun keduanya ada hubungannya. Perbedaan
antara keduanya hanya terletak pada sebab akibat. Kesepian merupakan akibat dari
keterasingan dan keterasingan sebagai akibat sombong, angkuh, kaku, keras
kepala, sehingga dijauhi kawan-kawan sepergaulan. Akibatnya, orang yang dijauhi
itu hidup terasing, terpencil dari keramaian hidup sehingga mereka merasa
kesepian.
c)
Ketidakpastian
Ketidakpastian
berasal dari kata tidak pasti artinya tidak menentu (pikirannya) atau mendua,
atau apa yang dipikirkan tidak searah dan kemana tujuannya tidak jelas. Itu
semua akibat pikirannya yang tidak dapat konsentrasi. Ketidakkonsentrasian itu
disebabkan oleh berbagai sebab, yang paling utama adalah kekacauan
pikiran. Ketidakpastian atau ketidaktentuan adalah bagian hidup manusia. Setiap
orang hidup pasti pernah mengalaminya. Bahkan anak kecil sekalipun pernah
mengalaminya, misalnya, ketika anak kecil ditinggalkan ibunya, ia menangis
kebingungan. Kebingungan itu menunjukan adanya ketidakpastian, seperti anak
ayam yang kehilangan induknya.
· Sebab sebab
ketidakpastian
Menurut
Siti Meichati dalam bukunya Kesehatan Mental menerangkan beberapa penyebab
seseorang tak dapat berpikir dengan pasti. Sebab-sebab itu ialah :
1. Obsesi
Obsesi
merupakan gejala neurose jiwa, yaitu adanya pikiran atau perasaan tertentu yang
terus-menerus, biasanya tentang hal-hal yang tak menyenangkan, atau penyebab
lain yang tidak diketahui oleh penderita. Misalnya selalu berpikir ada orang
yang ingin menjatuhkan dia. Contoh : Seorang
pedagang yang maju pesat, pada suatu saat berpikir olehnya ada kswan yang ingin
menjatuhkannya. Pikirannya itu semakin menjadi-jadi, apalagi setelah ia
mengalami kerugian.
2. Phobie
Phobie adalah rasa ketakutan yang tak terkendalikan atau tidak normal
terhadap sesuatu hal atau kejadian, tanpa diketahui sebab-sebabnya. Contoh
: Orang yang takut terhadap tempat yang tinggi. Secara tidak
sengaja, ia terus menelusuri jalan mendaki. Sesampainya di puncak ketinggian,
ia ketakutan luar biasa.
3. Kompulasi
Kompulasi ialah
adanya keraguan yang sangat mengenai
apa yang telah dikerjakannya, sehingga ada dorongan yang tidak disadari untuk
selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang serupa berulang kali. Contoh
: Keinginannya mengambil barang orang (mencuri), padahal
barang itu tidak bermanfaat baginya, dan ia mampu andaikata ingin membelinya.
4. Histeria
Histeria ialah neurose jiwa yang disebabkan oleh tekanan mental
kekecewaan, pengalaman pahit yang menekan, kelemahan syaraf, tidak mampu
menguasai diri, atau sugesti dari sikap orang lain. Contoh
: Neneng, seorang gadis yang cukup manis, suatu hari melihat
pacarnya berjalan-jalan dengan seorang gadis yang belum pernah dikenalnya. Rasa
cemburu berkecamuk di hatinya dan setibanya di rumah dia beteriak histeris.
5. Delusi
Menunjukan
pikiran yang tidak beres, karena berdasarkan keyakinan palsu. Tidak dapat
memakai akal sehat, tidak ada dasar kenyataan dan tidak sesuai dengan
pengalaman. Delusi ini ada tiga macam, yaitu :
· Delusi
persekusi : menganggap adanya keadaan yang jelek di sekitarnya. Akibatnya,
banyak orang menjauhinya.
· Delusi
keagungan : menganggap dirinya orang penting dan besar. Orang seperti ini
biasanya gila hormat dan menganggap orang di sekitarnya tidak penting.
Akibatnya, semua orang menjauhinya. Jadi, hampir sama dengan delusi persekusi.
· Delusi
melancholis : merasa dirinya bersalah, hina dan berdosa. Hal ini dapat
mengakibatkan buyutan atau dikenal dengan nama delirium tremens., hilangnya
kesadaran dan menyebabbkan otot-otot tak terkuasai lagi. Ia kehilangan
ingatannya sama sekali, mengalami tensi tinggi dan mengingat sesuatu yang belum
pernah dialami..
6.
Halusinasi
Khayalan
yang terjadi tanpa rangsangan pancaindera. Seperti para prewangan (medium)
dapat digolongkan pada pengalaman halusinasi. Dengan sugesti diri, orang dapat
juga berhalusinasi. Halusinasi buatan, misalnya dapat dialami oleh orang yang
mabuk atau pemakai obat bius. Kadang-kadang karena halusinasi, orang merasa
mendapat tekanan-tekanan terhadap dorongan-dorongan itu menemukan sasarannya.
Ini tampak pada perbuatan-perbuatan penderita (penderita itu dapat menyadari
perbuatannya itu, tetapi tidak dapat menahan rangsangan khayalan sendiri). Contoh
: Atang memang seorang peminum. Bila sedang marah, ia makin
banyak minumnya sehingga mabuk dan mengoceh (berbicara) tidak menentu.
7.
Keadaan emosi
Dalam
keadaan tertentu, seseorang sangat dipengaruhi oleh emosinya. Jika emosi telah
menguasai keseluruhan pribadinya, ia akan mengalami gangguan nafsu makan,
pusing-pusing, muka merah, nadi cepat, keringat, tekanan darah tinggi/lemah.
Sikapnya bisa apatis atau bisa juga terlalu gembira dengan melampiaskan dalam
gerakan-gerakan lari-larian, menyanyi, tertawa atau berbicara. Sikap ini dapat
pula berupa kesedihan menekan, tidak bernafsu, tidak bersemangat, gelisah,
resah, suka mengeluh, tidak mau berbicara, diam seribu bahasa, atau termenung
menyendiri. Orang seperti ini tidak mungkin dapat berpikir dengan tenang dan
baik.
Untuk mengatasi atau menghilangkan
pikiran yang kacau itu perlu mencari penyebabnya. Andaikata telah diketahui
penyebabnya, namun kekacauan pikiran tersebut tidak hilang, penderita perlu
diajak ke psikolog.
BAB
III
KESIMPULAN
Dari uraian pembahasan mengenai
MANUSIA dan KEGELISAHAN yang telah kami paparkan pada bab terdahulu, maka kami
dapat menyimpulkan bahwa kegelisahan merupakan bagian hidup manusia. Tiap
manusia, dengan tidak memperdulikan segala latar belakang dan
kemampuannya, pasti akan mengalami kegelisahan, entah sebentar atau lama,
relative ringan ataupun berat. Yang demikian ini boleh jadi sangat wajar
mengingat manusia mempunyai hati dan perasaan.
Berbicara tentang manusia, berbicara
pula tentang media tempat manusia hidup yaitu Dunia. Untuk bisa memahami
hakikat manusia maka harus pula memahami hakikat dunia dan hakikat kehidupan
manusia didunia. Pada dasarnya konsep mendiami dunia mengandung arti pemenuhan
kebutuhan atas aspek-aspek yang membentuk manusia. Apabila manusia tidak bisa
menjaga hakikat dirinya dan hakikat hidupnya maka yang timbul adalah kegelisahan
.sumber dari kegelisahan adalah hawa nafsu dan sikap pamrih (tidak ikhlas).
Kedua hal ini akan menyebabkan munculnya sikap keserakahan dan konflik yang
juga memunculkan ketakutan, kekecewaan, dan pada akhirnya adalah kegelisahan.
Adapun
bentuk-bentuk kegelisahan berupa keterasingan, kesepian, dan ketidakpastian
mempunyai hubungan yang erat dan mempengaruhi satu sama lain. Keterasingan
dalam satu dan lain kesempatan bisa membuahkan kegelisahan. Dan sebaliknya,
kegelisahan yang begitu hebat bisa saja menimbulkan keterasingan. Kemudian dari
keterasingan yang dialami seseorang bisa saja menciptakan kondisi
kesepian dan karena kesepian itupun bisa saja menimbulkan ketidakpastian.
Keterasingan bisa jadi merupakan perilaku sosiopatik dan sikap apatis
yang tidak menyadari bahwa manusia adalah makhluk yang bermasyarakat dan tidak
bisa hidup sendiri. Untuk
mengatasi kegelisahan yang dialami manusia, cara yang paling ampuh adalah kita
dituntut untuk bersifat qana’ah (berpikir positif) kembalikan semuanya kepada
Allah SWT dan selalu mengingat Dia.